Rabu, 15 Juni 2011

Antara Islam dan Kristen Part 12

PERTEMUAN YANG KEDELAPAN
PERSELISIHAN AYAT – AYAT DALAM BIJBEL

K : Pada pertemuan kemarin malam saya telah terangkan ayat yang berlawanan dalam Bijbel.  Pada pertemuan sekarang apakah masih ada pertanyaan – pertanyaan Saudara yang akan disampaikan kepada saya.

Y : Kalau masih ada ayat – ayat dalam Bijbel yang berlawanan antara satu ayat dengan yang lain, saya minta diterangkan untuk menambah keyakinan saya sampai dimanakah kesucian kitab Bijbel itu ada dicamputi oleh tangan manusia.

K : Kemarin malam Saudara mengakui sudah puas.  Apakah tidak lebih baik, kita bicarakan saja pasal – pasal yang Saudara pandang terpenting.

Y : Ya, tetapi keterangan Bapak mengenai ayat – ayat yang berlawanan di kitab Bijbel itu baru sedikit membuka hati saya.  Karena itulah saya bawa lagi kitab Bijbel ini.

K   : Baiklah, saya akan tunjukkan, demi kepuasan Saudara.

Y : Terima kasih.  Harap bapak sudi tunjukkan lagi bukti – bukti ayat – ayat yang berlawanan.  Saya ingin mengetahui labih banyak lagi.

K : Silahkan Saudara periksa di : “Yahya pasal 1 ayat 13.

Y : Di pasal dan ayat ini menyebutkan :
         “Maka Allah belum pernah dilihat oleh seorang jua pun, tetapi Anak yang tunggal yang diatas pangkuan Bapak, ialah yang sudah menyatakan Dia”.

K : Bagaimanakah menurut tafsiran Saudara susunan ayat ini ?

Y   : Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah dilihat oleh siapapun juga, melainkan Yesus saja yang pernah melihatnya.

K   : Kalau begitu silahkan Saudara periksa di kitab : “Kejadian” pasal 18 ayat 1.

Y : Di sini menyebutkan : “Hatta, maka kemudian dari pada itu kelihatanlah Tuhan kepada Ibrahim hamper dengan hutan pohon jati Mamre tatkala duduklah di pintu Chaimahnya ketika hari panas”.

K : Nah, disini Saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini, menyebutkan Tuhan hanya dinyatakan oleh Yesus saja ; tidak seorang juapun yang melihatnya.  Sedang ayat yang lain ada menyebutkan bahwa Ibrahim juga melihat Tuhan.  Bukankah dua ayat ini berlawanan.  Yang manakah yang benar di dua ayat ini.

Y   : Ya, saya mengakui memang tidak cocok.

K   : Saya lanjutkan.  Silahkan periksa lagi di kitab : “Kejadian pasal 32 ayat 30”.



Y : Ya, disini menyebutkan :
        “Maka dinamai oleh Yakub akan tempat itu Penye karena katanya : “sudah kulihat Allah muka dengan muka, maka nyataku selamatlah”.

K : Perhatikan : di satu ayat menyebutkan, tidak seorangpun melihat Tuhan, melainkan Yesus.  Di ayat yang lain menyebutkan bahwa Ibrahim melihat Tuhan.  Di ayat yang lain lagi ada menyebutkan Yakub melihat Tuhan malah bertemu muka dengan muka.  Yang manakah yang benar diantara tiga ayat tersebut ? Mustahillah benar semuanya, karena jelas sekali susunan ayatnya yang nyata – nyata mengandung ayat – ayat yang berselisih antara yang baru dengan yang lain.  Kalau dikatakan salah satu dari pada ayat – ayat itu yang benar, maka yang dua ayat tentunya salah semuanya.  Pantaskah suatu kitab suci mengandung ayat yang salah ?
         Dan kalau dikatakan salah semuanya maka apakah kitab itu dapat dipertahankan kesuciannya, kalau ayat – ayatnya terdapat berlawanan.

Y   : Ya, saya mengakui ayat – ayat tersebut tidak cocok antara yang satu dengan yang lain.

K   : Pengakuan Saudara itu memang penting, tetapi lebih utama kalau diikuti dengan kesadaran.

Y   : Saya harap tunjukkan lagi ayat – ayat di kitab Injil yang berselisih.

K : Baiklah, silahkan periksa di kitab “Semuil” yang ke II pasal 8 ayat 9, 10 “.

Y : Di pasal dan ayat ini menyebutkan :
        “Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada Toi, raja Hamat mengatakan Daud sudah mengalahkah segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan Toi akan Yoram anaknya menghadap raja Daud akan bertanyakan selamat baginda dan menyampaikan berkat selamat kepada baginda ……….”.

K   : Cukup dibaca sampai disitu dulu! Bagaimana menurut pendapat Saudara maksud ayat itu.  Siapakah nama raja Hamat?

Y   : Menurut ayat ini, raja Hamat bernama Toi”.

K   : Sekarang silahkan periksa kitab : “Tawarich yang pertama”, pasal 18 ayat 9”.

Y   : Disini menyebutkan :
        “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada Tohu, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap belatentara Hadar Ezar raja Zaba itu”.

K  : Di ayat ini, siapakah nama raja Hamat?

Y  : Menurut ayat ini, nama raja Hamat ialah : “Tohu”.

K : Nah, perhatikan : di satu ayat menyebutkan nama Raja Hamat ialah “Toi” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Tohu” yang manakah namanya benar Tohukah atau Toi?

Y  : Ya, namanya memang berselisih.  Akan tetapi hanya selisih tentang nama saja.  Jadi hanya perselisihan yang kecil saja.
K   : Kalau kesalahan dari manusia biasa, tentu kita tidak keberatan, akan tetapi ini adalah kesalahan “wahyu” atau “Ilham”.

Y   : Betul juga pendapat Bapak.  Ini adalah kesalahan wahyu atau ilham.  Mustahil wahyu dan ilham dari Tuhan terdapat kesalahan walaupun kesalahan yang sedikit dan sekecil – kecilnya.

K   : Bukan itu saja.  Silahkan Saudara periksa lagi kitab “Semuil” pasal 8 ayat 9 dan 10.

Y   : Disini menyebutkan :
        “Bermula, maka setelah kedengaran kabar kepada Toi raja Hamat, mengatakan segenap balatentara Hadar Ezar disuruhkan Toi akan Yaram anaknya menghadap raja Daud………”

K   : Cukup dibaca sampai disitu dulu, Di ayat itu ada tersebut seorang bernama “Yaram” ; siapakah “Yaram” menurut ayat tersebut?

Y   : Menurut ayat tersebut “Yaram” itu anaknya Toi raja Hamat.

K  : Betul, sekarang lanjutkan periksa di kitab : “Tawarich yang pertama” pasal 18 ayat 9 dan 10.

Y  : Disini ada menyebutkan :
        “Hatta, apabila kedengaranlah kabar kepada Tohu, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu”.
        Disuruhnyalah Hadoram, puteranya, pergi mengahdap baginda raja Daud……….”.

K   : Cukup dibaca samapi disitu.  Di ayat itu ada disebutkan seorang yang bernama Hadoram”.  Siapakah Hadoram itu menurut susunan ayat tersebut?

Y   : Menurut susunan ayat tersebut orang yang bernama Hadoram itu adalah anak Tohu raja Hamat.

K   : Buktikan, disatu ayat menyebutkan bahwa Yoram itu anaknya Toi.  Sedangkan di ayat lain menyebutkan anaknya Toi itu bukan Yoram, melainkan Hadoram.

Y   : Saya tidak tahu.

K  : Saya bertanya bukan tentang tahu atau tidaknya, melainkan tentang kebenarannya di dua ayat itu.

Y   : Saya tidak tahu yang mana yang benar !

K   : Bukan Saudara saja yang tidak mengetahui kebenarannya, malah yang menulis ayat itupun tidak bias menunjukkan yang tepat tentang kebenarannya nama anaknya Toi itu ; padahal yang dinamakan kitab suci pasti benar isinya, bersih dari segala macam kesalahan, sampai kepada kesalahan yang sekecil – kecilnya, sesuai dengan pengakuan Saudara tadi.

Y   : Mestinya begitu.
K   : Tetapi kenyatannya tidak begitu.  Buktinya, silahkan Saudara periksa lagi di kitab “Samuel” ke II pasal 1 ayat 8.

Y   : Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan :
        “Maka dari dalam Betach dan dari dalam Berotai dua buah negeri Hadar Ezar, diambil raja Daud akan banyak tembaga.

K  : Bagaimanakah maksud ayat ini menurut tafsiran Saudara?

Y  : Maksudnya ialah raja Daud mengambil banyak tembaga dari dua tempat bernama “Betach dan Berotai”

K : Silahkan periksa di kitab “Tawarich yang pertama pasal 18 ayat 8!

Y : Baik, disini ada menyebutkan :
        “Maka dari dalam Tibchat dan dari dalam Chun, negeri Hadar Ezar itu diambil Daud amat banyak tembaga.

K   : Buktikan di satu ayat menyebutkan dua tempat yang diambil tembaganya oleh Daud, ialah Betach dan Berotai, sedangkan di ayat lain menyebutkan dua tempat itu ialah “Tibchat dan Chun”.
         Di dua ayat itu tempat manakah yang sebenarnya diambil tembaganya oleh Daud.  Kalau betul Kitab Injil itu suci mestinya suci dari pada kesalahan dan perselisihan atau berlawanan tentang ayat – ayatnya.

Y : Betul ; dua ayat ini memang tidak cocok, yang satu dengan yang lain bertentangan.

K : Apakah Saudara sudah memerlukan lagi ayat – ayat yang berlawanan dalam Bijbel?

Y : Saya merasa beruntung kalau Bapak masih bersedia menunjukkan.  Maaf demi untuk meningkatkan kesadaran saya.

K : Baiklah saya ikuti kehendak Saudara.  Silahkan periksa lagi di kitab Raja – raja kedua pasal 8 ayat 26.

Y   : Baik, Dipasal dan ayat ini menyebutkan :
        “Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik raja itu dua likur tahun, maka kerajaanlah ia di Yeruzalem setahun lamanya, adapun nama bunda bunda beginda itu Atalia anak Omri raja orang Israil”.

K : Menurut susunan ayat ini, berapakah umur raja Ahazia pada waktu ia menjadi raja?

Y : Berdasarkan ayat ini diwaktu umur 22 tahun.

K : Silahkan Saudara periksa lagi di kitab : “Tawarich ke II pasal 22 ayat 12.

Y : Di pasal dan ayat ini menyebutkan :
        “Adapun umur Ahazia pada masa ia naik raja itu empat puluh dua tahun, dan kerajaanlah ia di Yeruzalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda itu Atalia anak Omri”.
K   : Di ayat ini menyebutkan berapakah umur Ahazia diwaktu menjadi raja?

Y   : Di ayat ini menyebutkan diwaktu berumur 42 tahun.

K : Nah, di dua ayat ini yang manakah diwaktu berumur 42 tahun waktu berumur 22 tahunkah atau berumur 42 tahun.  Di satu ayat menyebutkan Ahazia menjadi raja di waktu berumur 22 tahun dan di ayat yang lain menyebutkan pada waktu berumur 42 tahun.  Bukankah ini menunjukkan perselisihan yang menyolok sekali di kitab Injil yang dikatakan kitab suci itu?

Y : Ya, perselisihan di dua ayat ini tak dapat dipungkiri lagi.

K   : Supaya makin bertambah tak dapat dipungkiri lagi oleh Saudara tentang ayat – ayat yang berlawanan di kitab Bijbel itu.  Silahkan Saudara periksa lagi di kitab Raja – raja II pasal 24 ayat 8.

Y   : Baik, disini ada menyebutkan :
        Bermula, maka umur Jojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Yeruzalem tiga tahun lamanya dan nama bunda baginda itu Nehusta anak Elmatan dari Yeruzalem”.

K   : Siapakah nama raja di ayat ini ?

Y   : Namanya Jojachin.

K : Silahkan Saudara periksa di kitab : Tawarich yang kedua pasal 36 ayat 9.

Y : Disini ada menyebutkan :
        “Adapun umur Jehojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Yeruzalem tiga bulan dan sepuluh hari lamanya, maka diperbuatnya barang yang jahat kepada pemandangan Tuhan”.

K : Buktikan perselisihan yang menyolok pada dua ayat ini ; Di satu ayat menyebutkan “Jojachin” dan di ayat yang lain menyebutkan “Jehojachin”. 
         Selanjutnya disatu ayat menyebutkan kerajaan Jojachin di Yeruzalem tiga tahun lamanya dan di ayat yang lain menyebutkan 3 bulan 10 hari.
         Yang manakah yang benar di dua ayat ini, Jojachin kah atau Jehojachin dan kerajaan Yeruzalem sema 3 tahunkah atau 3 bulan 10 hari?
          Harap Saudara periksa lagi dengan teliti susunan dua ayat yang Saudara baca tadi.

Y : Betul, memang tidak cocok antara dua ayat ini.

K : Aneh, lagi – lagi tidak cocok dan memang tidak cocok.

Y  : Memang mustahil di kitab suci mengandung ayat – ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.

K  : Supaya lebih nyata kemustahilannya, teruskan Saudara periksa di kitab Saul yang kedua pasal 23 ayat 8

Y   : Di ayat ini tersusun sebagai berikut :
        “Bermula, maka inikah nama segala pahlawan yang pada Daud Josech Basjebet bin Tachkemoni, kepala segala penghulu iapaun bergelar penyucuk dan penikam lembing, sebab ditikamnya akan kedelapan ratus orang dalam sekali saja berperang”.

K   : Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada Saudara : “Siapakah nama pahlawan pada Daud menurut ayat ini ?

Y  : Namanya Jesech Basjebet bin Tachmoni”.

K : Menjabat apakah ia?

Y : Kepala segala penghulu.

K   : Berapa orangkah yang ditikamnya dalam sekali berperang?

Y   : Delapan ratus orang.

K   : Kalau begitu, silahkan Saudara periksa di kitab Tawarich yang pertama pasal 11 ayat 11.

Y   : Di ayat ini susunan kalimatnya seperti berikut :
        “Maka inilah bilangan segala pahlawan yang pada Daud itu Joxoban bin Hachmoni, kepala orang tiga puluh, yang berlayamkan lembingnya kepada orang tigaratus, ditikamnya akan mereka itu sekalian dalam sekali berperang”.

K   : Berdasarkan ayat yang Saudara baca ini, saya ingin bertanya : “Siapakah nama pahlawan pada Daud menurut ayat ini ?

Y   : Jasiban bin Hachmoni”.

K   : Menjabat apakah ia?

Y   : Kepala dari orang tiga puluh.

K   : Berapakah orang yang ditikamnya dalam sekali berperang?

Y   : Sebanyak tiga ratus orang.

K   : Cocokkah dua ayat ini antara yang satu dengan yang lain.

Y   : Terlalu tidak cocok malah dalam dua ayat ini terdapat 3 macam selisih yang jelas sekali.

K   : Memang.  Di satu ayat menyebutkan pahlawan pada Daud bernama Josech Basyebet bin Tachkemoni dan di ayat yang lain bernama Jasoban bin Hachmoni.  Di ayat inipun menyebutkan Kepala orang tiga puluh”,  Di ayat itupun ada menyebutkan lagi : “menikam 800 (delapan ratus) orang dalam sekali berperang dan di ayat yang lain menyebutkan menikam 300 (tiga ratus) orang dalam sekali berperang”.

Y   : Intermezzo sedikit Pak Kiyai !

K   : Ya, boleh Intemezzo jenis apa !!!

Y   : Saya merasa sungguh kagum, karena Bapak Kiyai hafal di luar kepala tentang ayat – ayat Bijbel.  Padahal kalau tidak salah ayat – ayat di kitab Bijbel itu ada ribuan.  Dengan cara bagaimanakah Bapak menghafalnya?

K   : Lain waktu saya bias terangkan pada Saudara !!!

Y   : Menghafalkannya saja tentu amat berat.  Yang betul – betul mengherankan saya, dapat Bapak menunjukkan dengan tepat letaknya ayat- ayat di Bijbel dan tambah mengherankan lagi hafalnya ayat – ayat Bijbel yang berlawanan antara satu dengan yang lain.  Baik tentang nama – nama suratnya, pasalnya, maupun ayat – ayatnya, kesemuanya dengan tepat sekali Bapak menunjukkannya.
         Betul saya bertanya ; malah diantara Saudara – saudara yang hadir kemarin malam ada yang membisikkan pada telinga saya, memberikan dorongan supaya menanyakan kepada Bapak.

K   : Supaya tidak makan waktu, saya jawab dengan singkat saja ; saya kalau menghafalkan sesuatu tidak hanya menggunakan alat pancaindera lahir (sensus exterior) semata – mata, akan tetapi juga alat- alat pancaindera batin (sensus interior).
          Keterangan mengenai soal ini cukup panjang, membutuhkan antara dan waktu tersendiri.  Kalau saudara ada hasrat, lain waktu akan saya jelaskan.

Y   : Baiklah kalau begitu, sekarang kita lanjutkan.

K   : Sebagai bukti, bahwa alat pancaindera batin itu dapat menembus, maka saya tembuskan pandangan batin saya kedalam kitab Bijbel, untuk saya tunjukkan lagi pada Saudara ayat – ayat di Bijbel yang berlawanan.

Y   : Terima kasih.

K   : Silahkan Saudara periksa lagi di kitab : “Samuil yang kedua pasal 14 ayat 1.

Y   : Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan :
        “Bermula maka kembali pula berbangkitlah murka Tuhan orang Israil, diajaknya Daud akan lawan mereka itu katanya.  Bilangkanlah olehmu akan orang Israil dan akan orang Jehuda”.

K   : Menurut ayat ini, siapakah yang mengajak Daud membilang dan melawan orang Israil?

Y   : Menurut susunan ayat ini yang mengajak Daud ialah “Tuhan”.

K   : Betul ; sekarang silahkan Saudara periksa di kitab Tawarich yang pertama pasal 21 ayat 1”.

Y   : Baik, dipasal dan ayat ini ada menyebutkan :
        “Sebermula, maka pada masa itu, berbangkitlah syetan akan celaka orang Israil, diajaknya akan Daud supaya dia membilang banyak orang Israil”.

K   : Menurut ayat ini siapakah yang mengajak Daud ? membilang orang Israil ?
Y   : Berdasarkan ayat ini yang mengajak Daud, ialah “Syetan”.

K   : Nah, perhatikan ; di satu ayat menyebutkan yang mengajak Daud adalah Tuhan.  Kemudian di satu ayat yang lain menyebutkan, yang mengajak Daud adalah syetan.
          Yang manakah yang benar di antara dua ayat ini.  Tuhankah atau syetan?

Y   : Ya betul ; ini adalah suatu perselisihan yang menyolok sekali.

K   : Kalau demikian tentunya Saudara dapat membayangkan, apakah Bijbel yang sekarang ini masih tetap dikatakan sucikah atau sudah dicampuri oleh tangan manusia?

Y   : Kalau sudah terang – terang begini, tentunya sulit untuk dipertahankan kesuciannya.

K   : Apakah Saudara masih belum merasa puas bukti – bukti yang saya tunjukkan tentang ayat – ayat Bijbel yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain itu.

Y   : Sudah cukup jelas.

K   : Jangankan di kitab suci itu sampai terdapat beberapa ayat yang berlwanan malah satu ayat saja terdapat ayat yang berselisih dengan ayat yang lain, sudah cukup alas an untuk tidak dapatnya dipertahankan dan diyakinkan tentang kesuciannya.

Y   : Kalau begitu kitab Bijbel yang dianggap suci oleh penganutnya itu lantas bagaimana?

K   : Sebetulnya pertanyaan Saudara itu harus dijawab oleh Saudara sendiri karena Saudara sendiri masih mempunyai kitab itu.  Tetapi saya tolong menjawabnya.  Setiap agama mempunyai kitab suci.  Akan tetapi kalau di kitab sucinya itu ternyata terdapat beberapa ayatnya yang berselisih atau berlawanan dan tidak cocok antara yang satu dengan yang lain, apakah penganut – penganut agama itu masih berkeyakinan bahwa kitab sucinya itu tetap suci?
         Padahal yang dinamai kitab suci itu adalah wahyu, ilham dari Tuhan.  Mustahil sekali kalau wahyu Tuhan itu tidak cocok.  Di satu ayat Tuhan berkata ya lalu di lain ayat lagi menyatakan tidak.  Di satu ayat Tuhan berkata “A” lalu diayat lain Tuhan berkata lagi bukan A tetapi “B”.  Kalau sampai terjadi demikian, tidak mustahil bahwa tangan manusia sudah ikut campur didalamnya.

Y   : Betul begitu.  Tetapi maaf, kalau Bapak tidak berkeberatan, saya minta lagi.

K   : Minta yang mana lagi yang dimaksudkan oleh Saudara?

Y  : Minta satu ayat lagi yang berselisih di Bijbel.

K : Agaknya Saudara akan menguji saya tentang Bijbel?

Y : Tidak, betul – betul tidak.  Hanya minta satu saja.  Betul – betul saya hanya minta satu ayat saja lagi.

K : Saudara minta satu ayat lagi atau lebih, saya bisa tunjukkan.  Tetapi waktunya sudah jauh malam.  Kecuali kalau Saudara suka menerima sampai pagi.

Y  : Tidak, betul – betul hanya minta satu ayat lagi.  Setelah itu kita lanjutkan pasal – pasal yang lain.

YANG HADIR  : Teruskan sampai waktu subuh, kita setuju dan akan tetap tenang.

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

 

Site Info

Blog ini akan terus di update tiap hari, jangan lupa terus berkunjung untuk mendapatkan update nya...thanks

Smile

Welcome to my blog

AntaraIslamdanKristen Copyright © 2009 Template is Designed by Pengelana Agama Special for My BrotherYohanes Adi Susilo