Rabu, 15 Juni 2011

Antara Islam dan Kristen Part 11

MALAM KE TUJUH
MENGAKUI  NABI MUHAMMAD S.A.W
UTUSAN ALLAH

K   : Sesudah saya terangkan pada Saudara tentang ayat – ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang Saudara tanyakan ayat – ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan?.
         Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikannya sebagaimana Saudara sangka semula?

Y   : Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.

K   : Jadi Nabi Muhammad benar, tidak kelirukah menyampaikannya?

Y   : Tidak keliru ; malah benar.

K   : Jadi saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah.


Y  : Saya mengakui, karena beliau benar.

K   : Terima kasih.  Saudara – saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan Saudara Antonius sendiri atas ke – Rasulannya Nabi Muhammad s.a.w., tanpa paksaan, melainkan dengan kesandarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi.  Betulkan Saudara mengakui kerasulannya Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah?

Y  : Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.

K  : Alhamdulillah, Saudara Antunius sudah 50% Islam, saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas ke – Rasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50 % lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke Esaan Tuhan Yang Maha Tunggal.

Y   : Ya betul begitu, Keyakinan saya terhadap trinitas (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Rasul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bijbel yang tak dapat saya membantahnya.  Akan tetapi dengan keterangan – keterangan Bapak itu saya mulai ragu – ragu terhadap Trinitas itu.  Sungguhpun begitu, apakah Bapak masih bersedia lagi, memberikan keterangan – keterangan (alasan – alasan) dalam kitab Bijbel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan.

K   : Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16 ; Markus pasal 13 ayat 32, Ulangan pasal 4 ayat 33 ; Ulangan pasal 6 ayat 4 ; Markus pasal 12 ayat 29.  Kesemuanya itu telah kita baca.  Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan Saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi.  Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.

Y  : Baik, Di sini disebutkan :
       “Maka Yesuspun, penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara.  Empat puluh hari lamanya dicobai oleh iblis.  Selama itu suatu apapun tiada dimakannya.  Setelah grnap hari itu ia merasa lapar.

K   : I. Dia ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara.  Kalau Yesus itu Tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapapun juga.

   II. Di ayat ini menyebutkan juga bahwa Yesus di cobia oleh iblis.  Pantaskah Tuhan dicobai oleh atau wajarkah Ibilis berani mencoba Tuhan.

        III. Di ayat inipun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar.  Wajarkah Tuhan itu lapar?

 Kalau begitu sifat – sifat Yesus sama  saja dengan sifat manusia biasa; bias dibawa, bias  dicobai Iblis, dan merasa lapar.

K  : Periksa lagi “Matius”, pasal 4 ayat 5

Y  : Baik.  Di situ menyebutkan :
       “Kemudian dari pada itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia diatas bumbung beit Allah.

K   : Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Tuhan Yesus dibawa oleh Iblis.  Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dapat di bawa kemana – mana, ke satu tempat.  Pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan.

K  : Periksa lagi “Matius”, pasal 27 ayat 1 dan 2.

Y  : Baik. Di situ menyebutkan :
       “Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua – tua kaumpun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan Dia.  “Maka diikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu diserahkannya kepala Pilatus, yaitu wakil Pemerintah”.

K   : Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat ; Pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia.  Kalau begitu dimanakah kekuasaan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia?
         Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.

Y  : Baik.  Disitu menyebutkan :
       “Apabila genap delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus…….”.

K   : Wajarkah Tuhan itu disunat ? Perlu apakah Tuhan itu disunat?

Y   : Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar – benar anak manusia bukan anak Tuhan?

K  : Silahkan buka “Matius”, pasal 26 ayat 2.

Y  : Baik.  Di situ menyebutkan bahwa : Anak manusia akan diserahkan supaya disalibkan.
K   : Yang dimaksud anak manusia disitu Yesus.  Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia.
        Silahkan periksa di “Matius”, pasal 5 ayat 45.

Y   : Baik.  Di situ menyebutkan bahwa : Supaya kamu menjadi anak Bapamu…… dan seterusnya.

K   : Di sini menyebutkan bahwa orang – orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan.  Jadi bukan Yesus saja anak Tuhan.  Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan dikitab Bijbelnya penganut Kristen sendiri menyebutkan bahwa anak Tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan kitab Bijbel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kit abaca tadi ialah : “Supaya kamu mnjadi anak – anak Bapamu……..”  Silahkan buka “Matius:, pasal 7 ayat 21.

Y  : Di situ menyebutkan :
       “Bukannya tiap – tiap orang yang menyeru Aku Tuhan, Tuhan, akan masuk kedalam kerajaan Sorga, hanyalah orang – orang yang melakukan kehendak Bapakku yang di sorga”.

K      : Di Bijbel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan : “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk kedalam kerajaan Sorga.
         Apakah belum cukup bukti – bukti yang telah saya tunjukkan kepada saudara?

Y  : Sudah cukup.  Terima kasih ; tetapi kalau masih ada saya minta, demi kepuasan saya.

K  : Minta yang mana lagi yang Saudara maksudkan?

Y  : Yang menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “Bukan anak Tuhan”.

K  : Baik ; akan saya penuhi harapan Saudara! Silahkan Saudara periksa di “Matius”, pasal 16 ayat 27!

Y   : Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan :
       “Karena anak manusia dating dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan Malaikatnta : pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap – tiap orang menurut perbuatannya”.

K  : Di ayat ini ada menyebutkan “anak manusia”.  Menurut tafsiran Saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini ?

Y  : Ya, tentu Yesus.

K   : Jadi di kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia” ; bukan anak Tuhan.  Betulkah atau tidak?

Y  : Ya, betul.

K  : Nah, kalau betul, mengapa Saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?

Y  : Yesus itu Tuhan, tetapi diserupakan dengan manusia.

K  : Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maryam).  Terlalu janggal kalau manusia (Maryam) memperanakkan Tuhan.  Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract wetenschap) menerimanya?.

Y  : Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.

K  : Bukan itu saja, malah di kitab Injil Saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan utusan Tuhan.  Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.

Y  : Betul, telah Bapak sebutkan.  Tetapi saya minta diulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.

K  : Silahkan periksa di “Yahya” pasal 5 ayat 30.

Y  : Di pasal dan ayat ini menyebutkan :
         “Suatupun tidak Aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan Aku menjalankan hukum sebagaimana yang Aku dengar, dan hukuman itu adil adanya ; karenanya bukannya Aku mencari kehendak Diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan Aku”.

K   : Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan.  Di ayat ini Yesus memberi tahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendaknya, melainkan menurut kehendak Tuhan yang mengutus dia.  Kalau Yesus itu Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus), menjadi utusan?

Y  : Ya saya mengaku ; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.

K  : Demi kepuasan Saudara, silahkan periksa lagi di “Yahya” pasal 3 ayat 13.

Y  : Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan :
“Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia”.

K   : Berdasarkan ayat – ayat Bijbel yang saya tunjukkan dan Saudara yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya ; “anak manusiakah Yesus itu atau anak Tuhan?”

Y  : Ya, berdasarkan ayat – ayat tersebut saya berkata : “Yesus adalah anak manusia”.

K   : Di ayat yang Saudara baca tadi, Matius pasal 16 ayat 27 selain menyebutkan Bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan, bahwa akan membalas tiap – tiap orang menurut perbuatannya.  Betulkah begitu?

      Silahkan periksa kembali!
Y  : Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan :

K   : Menurut susunan ayat tersebut, jelas : “Menolak adanya dosa waris”, berdasarkan ayat tersebut “setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing – masing”.  Jadi tidak ada penebus dosa”.

Y   : Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui “tidak adanya dosa waris”.

K   : Betul sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.

Y   : Sudah cukup jelas keterangan Bapak.

K   : Jelas bagaimana?

Y   : Berdasarkan ayat – ayat di Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia”.  Dan berdasarkan kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan pesuruh (utusan) Tuhan”.
K   : Syukurlah kalau begitu.  Jadi bagaimanakah kepercayaan Saudara sekarang terhadap “Trinitas” (Tuhan, Bapa, Ruhul Kudus dan anak Tuhan?).
Y   : Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.
K   : Alhamdulillah ; Jadi Saudara mengakui bahwa Tuhan itu “TUNGGAL”.
Y   : Sebelum itu saya ingin menyampaikan pertanyaan !
K   : Baik ; tetapi Saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan Saudara – saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa :
         PERTAMA :
         Saudara telah membenarkan kitab Al Qur’an.
         Beberapa ayat Al Qur’an yang Saudara kemukakan yang mulanya oleh Saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu saudara akui bahwa ayat – ayat tersebut pada hakekatnya tidak ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain.  Bukankah begitu pengakuan Saudara ?

Y   : Ya, betul begitu.

K   :  KEDUA :
         Pada pertemuan yang lalu Saudara telah mengakui kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. selaku utusan Allah.  Betulkah demikian?

Y   : Ya, betul saya telah mengakuinya ! 

K   :  KETIGA :
         Saudara telah membenarkan bahwa ayat – ayat di ktab Injil (Bijbel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain.  Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat – ayatnya pada pertemuan yang lalu.  Benarkah pengakuan Saudara itu ?

Y   : Ya, saya mengakui.  Akan tetapi saya masih memerlukan bukti – bukti yang lain tentang ayat – ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain : Demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan Bapak saya pandang cukup memuaskan.  Tetapi mungkin ada lagi ayat – ayat yang lain untuk meresapnya ke – perasaan saya.

K   : Baiklah, saya penuhi pengharapan Saudara.  Silahkan Saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.

Y   : Baik ; di pasal dan ayat ini menyebutkan :
        “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu”.

K   : Silahkan periksa lagi di Yahya pasal 5 ayat 31.

Y   : Baik ; dipasal dan ayat ini menyebutkan :
        “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku, maka kesaksianku itu tidak benar”.

K   : Nah, Saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini.
        Di satu ayat menyebutkan : “Kesaksianku benar”, sedangkan di ayat lain menyebutkan : “Kesaksianku tidak benar”.
        Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci.  Dan yang berbicara adalah seorang.  Manakah yang benar antara dua ayat ini.  Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat – ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.

Y   : Ya, saya akui memang tidak cocok.

K   : Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.

Y   : Tetapi mungkin salah satu diantara dua ayat itu salah cetak.

K   : Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat ; tetapi dikitab ini tidak disebutkan apa – apa.

Y   : Bijbel ini berbahasa Indonesia.  Permisi sebentar, saya akan memeriksa Bijbel yang berbahasa Inggris.!

K   : Itu lebih baik ; sayakah yang akan memeriksa atau Saudara ?

Y   : Oleh karena Bapak banyak hafal ayat – ayat Bijbel maka saya serahkan agar Bapak saja memeriksanya, supaya lebih cepat.

K   : Baiklah ; harap Saudara memperhatikan juga Saudara – saudara yang hadir ; kitab yang saya pegang ini adalah Bijbel berbahasa Inggris ialah “The Holy Bijbel”.  Containing the Old and New Testaments (American Bible Sosiety).
         Saya serahkan kitab ini kepada Saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya, untuk diteliti bersama.
Y   : Baik, saya terima kitab Bijbel yang berbahasa Inggris.

K   : Silahkan Saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.

Y   : Baik, di halaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 disini ada menyebutkan : “THOUGH I BEAR RECORD OF MYSELF, YET MY RECORD IS TRUE”.

K   :  Kalau susunan ayat ini kita salin kedalam bahasa Indonesia, adalah demikian : “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu”.  Betulkah begitu artinya ?”

Y   : Ya, betul begitu.

K   : Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 1 ayat 14.  Harap Saudara cocokkan dulu.

Y   : Betul, artinya sama kuatnya.

K   : Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 15 ayat 31.

Y   : Di sini menyebutkan : “IF I BEAR WITNESS OF MYSELF, MY WTNESS IS NOT TRUE”.

K   : Ayat ini kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia adalah demikian : “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku, maka kesaksianku itu tiada benar”.  Betulkah begitu ?

Y   : Ya, benar.

K   : Silahkan Saudara periksa lebih teliti lagi di kitab Bijbel yang berbahasa Inggris ini.

        Di satu ayat menyebutkan “Is true” (adalah benar) sedangkan di ayat lain menyebutkan “Is not true” (adalah tidak benar)

Y   : Ya, memang berbeda.

K   : Kalau begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya.

Y   : Batul demikian.

K   : Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu.  Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat – ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain.  Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.

Y   : Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain.  Jelasnya, ayat yang satu dihapus diganti dengan ayat yang lain (Yang baru).  Setahu saya dalam ayat – ayat Al Qur’an terdapat apa yang disebut “Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hokum yang baru).

K   : Di dalam Al Qur’an terdapat “Nasich dan Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab Injil sama sekali tidak disebutkan.

Y   : Dimanakah di dalam Al Qur’an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu ?

K   : Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada Saudara, oleh karena dari Saudaralah timbulnya ucapan Nasich – Mansuch itu !
         Akan tetapi sekalipun demikian saya tunjukkan, ialah di surat Al Baqarah ayat 106.  Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya Nasich – Mansuch”.  Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich – Mansuch.  Kalau Saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsiran ayat tersebut.

Y   : Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu.  Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bijbel yang tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan.  Bolehkah saya berikan misal?

K   : Silahkan, Saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kiya ini.

Y   :  Saya sebutkan misal :
         Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda di waktu malam diharuskan memakai lampu.  Kemudian dating lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya.  Disini ada dua peraturan, yang pertama : “Diharuskan pakai lampu” sedangkan yang kedua “Dilarang”.  Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian.  Demikian juga dua ayat di Bijbel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu diantaranya sudah tidak berlaku lagi (Dicabut).  Ini menurut pendapat saya.

K   : Baiklah ; tetapi tentunya Saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian, ayat sekian, tahun sekian, dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya.  Akan tetapi dua ayat di Bijbel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti dengan yang lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain.  Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

 

Site Info

Blog ini akan terus di update tiap hari, jangan lupa terus berkunjung untuk mendapatkan update nya...thanks

Smile

Welcome to my blog

AntaraIslamdanKristen Copyright © 2009 Template is Designed by Pengelana Agama Special for My BrotherYohanes Adi Susilo